Akibat Mudah Mengatakan Bid'ah
Sumber Ilmu - Akibat Mudah Mengatakan Bid'ah
Berikut ini sebuah kisah nyata, dan kisah ini menyatakan kesalahan besar apabila tidak menjaga lisan dan tidak menjaga hati dengan gampang menuduh orang lain melakukan hal yang jelek dan menganggap amaliyah orang lain secara fikiran sempit dan tidak mengkaji terlebih dahulu apa dan kenapa amaliyah tersebut dilakukan.
Akibat Mudah Mengatakan Bid'ah
Suatu ketika seorang Habaib dari Hadlramaut (namanya saya lupa, jadi tidak saya tulis disini) ingin menunaikan ibadah haji dan berziarah ke Rasulullah SAW. Beliau berangkat dengan diiringi rombongan yang melepas kepergiannya.
Seorang Sulthan di Hadlramaut, kerabat Habib tersebut, menitipkan Al-Qur’an buatan tangan yang terkenal keindahannya di jazirah arab pada saat itu untuk disampaikan kepada raja Saudi.
Sesampai di Saudi, Habib tersebut disambut hangat karena statusnya sebagai tamu negara. Setelah berhaji, beliau ziarah ke makam Rasulullah SAW. Karena tak kuasa menahan kerinduannya kepada Rasulullah SAW, beliau memeluk turbah Rasulullah. Beberapa pejabat negara yang melihat hal tersebut mengingkari hal tersebut dan berusaha mencegahnya sambil berkata, “Ini bid’ah dan dapat membawa kita kepada syirik.”
Dengan penuh adab, Habib tersebut menurut dan tak membantah satu katapun. Beberapa hari kemudian, Habib tersebut diundang ke jamuan makan malam raja Saudi.
Pada kesempatan itu beliau menyerahkan titipan hadiah Al Quran dari Sulthan Hadlramaut. Saking girangnya dan dipenuhi rasa bangga, Raja Saudi mencium Al Qur’an tersebut!. Berkatalah sang Habib,
“Jangan kau cium Qur’an tersebut… Itu dapat membawa kita kepada syirik!”
Sang raja menjawab, “Bukanlah Al Qur’an ini yang kucium, akan tetapi aku menciumnya karena ini adalah KALAMULLAH!”
Habib berkata, “Begitu pula aku, ketika aku mencium turbah Rasulullah, sesungguhnya Rasululullah-lah yang kucium! Sebagaimana seorang sahabat (Ukasyah) ketika menciumi punggung Rasulullah, tak lain adalah karena rasa cinta beliau kepada Rasulullah. Apakah itu syirik?!”
Tercengang sang raja tak mampu menjawab. Kemudian Habib tersebut membaca beberapa bait syair Majnun Layla yang berbunyi,
"Marortu ‘alad diyaari diyaaro laila, Uqobbilu dzal jidaari wa dzal jidaaro Fa ma hubbud diyaar, syaghofna qolbi, Wa lakin hubbu man sakana diyaro
Aku melewati sebuah rumah, rumah si Layla # dan aku menciumi setiap dinding-dindingnya Bukankah karena aku mencintai sebuah rumah yg membuat hatiku hanyut dlm cinta akan tetapi karena cintaku kepada sang penghuni rumah.
Dengan kejadian ini Sang Raja sangatlah malu, apalagi cara penjelasan Sang Habib tidak rumit dan sangat masuk akal. jangankan orang 'alim, orang bodohpun faham dengan dalil seperti ini.
Hanya orang yang tidak mendapatkan hidayah saja yang tidak bisa memahami dalil dan hikmah kisah ini.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Waallahu a'alam. Wa Huwalhadiy 'ala Shirathal Mustaqim.
Dukung Blog Sumber Ilmu dan Baca Juga: Template SEO Friendly dan Cocok Buat Blog Religi
Berikut ini sebuah kisah nyata, dan kisah ini menyatakan kesalahan besar apabila tidak menjaga lisan dan tidak menjaga hati dengan gampang menuduh orang lain melakukan hal yang jelek dan menganggap amaliyah orang lain secara fikiran sempit dan tidak mengkaji terlebih dahulu apa dan kenapa amaliyah tersebut dilakukan.
Akibat Mudah Mengatakan Bid'ah
Suatu ketika seorang Habaib dari Hadlramaut (namanya saya lupa, jadi tidak saya tulis disini) ingin menunaikan ibadah haji dan berziarah ke Rasulullah SAW. Beliau berangkat dengan diiringi rombongan yang melepas kepergiannya.
Seorang Sulthan di Hadlramaut, kerabat Habib tersebut, menitipkan Al-Qur’an buatan tangan yang terkenal keindahannya di jazirah arab pada saat itu untuk disampaikan kepada raja Saudi.
Sesampai di Saudi, Habib tersebut disambut hangat karena statusnya sebagai tamu negara. Setelah berhaji, beliau ziarah ke makam Rasulullah SAW. Karena tak kuasa menahan kerinduannya kepada Rasulullah SAW, beliau memeluk turbah Rasulullah. Beberapa pejabat negara yang melihat hal tersebut mengingkari hal tersebut dan berusaha mencegahnya sambil berkata, “Ini bid’ah dan dapat membawa kita kepada syirik.”
Dengan penuh adab, Habib tersebut menurut dan tak membantah satu katapun. Beberapa hari kemudian, Habib tersebut diundang ke jamuan makan malam raja Saudi.
Pada kesempatan itu beliau menyerahkan titipan hadiah Al Quran dari Sulthan Hadlramaut. Saking girangnya dan dipenuhi rasa bangga, Raja Saudi mencium Al Qur’an tersebut!. Berkatalah sang Habib,
“Jangan kau cium Qur’an tersebut… Itu dapat membawa kita kepada syirik!”
Sang raja menjawab, “Bukanlah Al Qur’an ini yang kucium, akan tetapi aku menciumnya karena ini adalah KALAMULLAH!”
Habib berkata, “Begitu pula aku, ketika aku mencium turbah Rasulullah, sesungguhnya Rasululullah-lah yang kucium! Sebagaimana seorang sahabat (Ukasyah) ketika menciumi punggung Rasulullah, tak lain adalah karena rasa cinta beliau kepada Rasulullah. Apakah itu syirik?!”
Tercengang sang raja tak mampu menjawab. Kemudian Habib tersebut membaca beberapa bait syair Majnun Layla yang berbunyi,
"Marortu ‘alad diyaari diyaaro laila, Uqobbilu dzal jidaari wa dzal jidaaro Fa ma hubbud diyaar, syaghofna qolbi, Wa lakin hubbu man sakana diyaro
Aku melewati sebuah rumah, rumah si Layla # dan aku menciumi setiap dinding-dindingnya Bukankah karena aku mencintai sebuah rumah yg membuat hatiku hanyut dlm cinta akan tetapi karena cintaku kepada sang penghuni rumah.
Dengan kejadian ini Sang Raja sangatlah malu, apalagi cara penjelasan Sang Habib tidak rumit dan sangat masuk akal. jangankan orang 'alim, orang bodohpun faham dengan dalil seperti ini.
Hanya orang yang tidak mendapatkan hidayah saja yang tidak bisa memahami dalil dan hikmah kisah ini.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Waallahu a'alam. Wa Huwalhadiy 'ala Shirathal Mustaqim.
Dukung Blog Sumber Ilmu dan Baca Juga: Template SEO Friendly dan Cocok Buat Blog Religi