Cari Blog Ini

Bahaya Belajar Tauhid atau Tashawwuf Melalui Internet atau Buku

Sumber Ilmu - Bahaya Belajar Tauhid atau Tashawwuf Melalui Internet atau Buku
Kalau saya lihat di situs situs muslim, baik yang berpaham Ahlus Sunnah Wal Jama'ah atau yang berpaham Wahabi, Syi'ah atau aliran lain yang keluar dari Paham Ahlus Sunnah Wal Jama'ah banyak sekali terdapat artikel yang menjelaskan mengenai tauhid.
Sebenarnya hal itu sangat bahaya.
Ilmu Tauhid tidak bisa dipelajari sendiri melalui buku atau tulisan, karena saat seperti itu sangat rawan dibisiki setan untuk menjerumuskan pemikiran yang tidak seharusnya ditujukan kepada Allah.

Kalau kita lihat bagaimana caranya para shahabat mengaji kepada Rasulullah SAW, maka kita juga akan banyak menjumpai cara ngaji yang bersifat langsung, tidak melalui media tulisan. seperti juga yang sudah dicontohkan oleh Malaikat Jibril saat menanyakan mengenai Iman dan Islam kepada Rasulullah SAW.

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .
[رواه مسلم]
Arti hadits / ترجمة الحديث :
Dari Umar radliallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadlan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
(Riwayat Muslim)

Sebenarnya masih banyak hadits-hadits yang lain yang menjelaskan mengenai mengaji yang caranya ialah dengan berhadap-hadapan (musyafahah), dan termasuk mengenai mengaji qira'ahtul qur'an.

Karena ilmu agama ini adalah ilmu peribadatan yang pertanggung jawabannya langsung kepada Allah SWT maka harus benar sesuai dengan perintah Allah dan Sunnah Rasulullah dan tidak boleh dikira-kira atau disesuaikan dengan akal pikirannya sendiri. Kalau amal ibadah itu benar sesuai dengan perintah Alloh dan sunnah Rasulullah maka akan diterima dan dapat pahala. Sebaliknya apabila amal tersebut salah maka ditolak dan dapat dosa. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW.
اتَّقُوا الْحَدِيثَ عَنِّي إِلَّا مَا عَلِمْتُمْ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ وَمَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Adapun gambarannya antara orang yang manqul dengan orang yang tidak manqul seperti seseorang yang diperintah untuk mengambil jarum di dalam sebuah rumah yang di dalam rumah itu terdapat puluhan kamar dan di dalam kamar terdapat puluhan lemari dan di dalam lemari terdapat beberapa laci dan di dalam laci terdapat puluhan jarum.
Musnad,artinya secara harfiah/lughat adalah bersandaran. Adapun pengertiannya adalah harus diketahui secara jelas siapa sumber dari ilmu agama yang kita kerjakan atau kita pedomani, sehingga ilmu tersebut dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, tidak ngawur, tidak hanya sebagai "katanya-katanya" saja. Di dalam muqoddimah Shahih Muslim, salah seorang gurunya yang bernama Abdullah bin Mubarak berkata :
الْإِسْنَادُ مِنْ الدِّينِ وَلَوْلَا الْإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ
Mutashil, artinya bersambung. Mengandung pengertian bahwa ilmu yang di dapat bersumber dari Rosulullah yang diajarkan secara bersambung tidak terputus sampai kepada orang terakhirnya yang menerimanya. Buktinya mutashil ditandai dengan adanya isnad yang jelas.
Maka dapat digambarkan bahwa belajar agama dengan cara Manqul Musnad Mutashil itu sebagaimana mengambil air langsung dari sumbernya dengan dialirkan melalui pipa-pipa yang tersambung, walaupun jaraknya jauh namun air yang diterima terjamin kebersihan dan kemurniannya.
Sebaliknya mempelajari ilmu agama tanpa manqul musnad muttashil seperti mengambil air, walaupun air tersebut berasal dari sumbernya yang jernih dan bersih namun karena tidak melalui pipa-pipa yang tersambung maka air yang diterima tidak bisa dijamin kebersihan dan kemurniannya.

Ulama juga banyak menjelaskan ketidak shah-an mengaji melalui kitab tanpa guru, karena mengaji seperti itu namanya tidak bersanad, walaupun yang paling banyak hanya memberi lingkup kepada 3 ilmu saja, yaitu:
1. Ilmu Tauhid atau Tashawwuf
2. Ilmu Hikmah
3. Ilmu Qira'atul Qur'an

Dan apabila hanya sebagai tambahan, alias orang yang mengaji atau membaca kitab tersebut memang ilmunya sudah cukup, maka hal itu masih bisa dima'fu. namun sulitnya, banyak orang yang menganggap dirinya sudah cukup, dan sungguh hal itu adalah keadaan yang dilandasi oleh kesombongan.

Disini saya menjelaskan hal ini bukannya saya mengharamkan internet untuk mendapatkan Ilmu, namun pilahlah ilmu yang anda kaji, dan pilihlah siapa yang sedang anda ambil ilmunya.
Seperti yang sudah sama sama kita ketahui, bahwa di dunia maya ini sangat banyak situs situs kelompok aliran islam yang keluar dari Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, contoh gampangnya adalah Wahabi dan Syi'ah, apabila anda tidak memiliki ilmu yang cukup, terus mengaji melalui internet dan ternyata anda mengajinya kepada orang Syi'ah atau Wahabi, maka anda nantinya bisa mempunyai paham seperti mereka. bisa saja nanti anda malah membolehkan mengabung shalat fardlu pada satu waktu. atau menghalalkan dusta demi menjaga aliran. mengkafirkan golongan lain yang tidak sepaham dengan anda. mengharamkan apa yang tidak diharamkan oleh Allah dan rasulNya. membid'ahkan Maulid, Tahlil dan hal lainnya yang ada landasannya dari Qur'an dan hadits sesuai dengan tafsir para Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.
(Baca juga: Definisi Ahlus Sunnah Wal Jama'ah)

Bisa dima'fu juga membuat tulisan mengenai tauhid karena untuk membantah tulisan tauhid yang tidak sesuai dengan Paham Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. seperti menulis artikel mengenai keadaan Allah dan menjelaskan Allah, bahwa Allah itu ada akan tetapi tidak sama dengan Makhluknya. karena saya sendiri banyak mendapati tulisan kaum wahabi yang membahas mengenai Dzat Allah, dan menyamakan Allah dengan Makhluknya, bahkan Allah dikatakan mempunyai tangan dan wajah. sungguh ini kesesatan yang nyata. paham seperti itu adalah paham kaum mujassim.
Dan kalau sampai ada tulisan seperti itu dibaca oleh anak kecil, maka kemungkinan besar, si anak tersebut akan bermain dengan imajinasinya sendiri, dan tidak menutup kemungkinan, beranggapan Allah itu begitu dan begitu sesuai dengan imajinasinya sendiri yang sebenarnya keluar dari keberadaan Allah yang sebenarnya.

Dari tulisan saya ini, saya berharap para kaum muslimin yang membaca tulisan ini bisa lebih bijak dalam membaca tulisan, baik dalam fan ilmunya, atau mengenai sang penulisnya sendiri.
Sekian dari saya. Wa'allahu A'lam.

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Mengenai Artikel Diatas
Komentar Anda Sangat Berarti Buat kami.
Terima Kasih Atas Partisipasi Anda

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.