Cari Blog Ini

Pembahasan Kalam Khabar (khobariyah)


الكلامُ على الخبرِ

Pembahasan Kalam Khobar
الخبرُ إمَّا أنْ يكونَ جملةً فِعْلِيَّةً أو اسْمِيَّةً.

Kalam khobar itu baik berupa jumlah fi’liyah (fi’il+faa’il) atau jumlah ismiyah (mubtada’+khabar)
فالأُولى موضوعةٌ لإفادةِ الحدوثِ في زمنٍ مخصوصٍ، معَ الاختصارِ.
وقدْ تُفيدُ الاستمرارَ التَّجدُّديَّ بالقرائنِ، إذا كان الفعْلُ مضارعًا، كقولِ طريفٍ:

Kalam khobar jumlah Fi’liyah:
Diposisikan sebagai pemberi faidah kejadian pada masa tertentu beserta ringkas kalimatnya (tanpa adatuz-zaman).
Terkadang berfaidah “istimrar at-tajaddudi” (masa terus berlangsung berkali-kali) dengan adanya qorinah (hubungan), bilamana fi’ilnya berupa fi’il mudhari’. contoh syair oleh Tharif:
أَوَكلَّما وَرَدَتْ عُكَاظَ قبيلةٌ = بعثُوا إليَّ عَرِيفَهُمْ يتوَسَّمُ

Apakah telah datang, qaum yg setiap kali datang ke pasar ‘Ukazh mengutus kepercayaannya kepadaku sembari memberi tanda.
والثانيةُ موضوعةٌ لمجرَّدِ ثبوتِ المسنَدِ للمسنَدِ إليه، نحوُ: (الشمسُ مُضِيئَةٌ). وقدْ تُفيدُ الاستمرارَ بالقرائنِ إذا لمْ يكُنْ في خبرِها فِعْلٌ، نحوُ: (العلْمُ نافعٌ).

Kalam khobar jumlah ismiyah:
Diposisikan hanya sendirinya menetapkan almusnad (hukum) kepada almusnad ilaih (yg diberi hukum). Contoh الشمسُ مُضِيئَةٌ ASYAMSU MUDHIIATUN matahari adalah yang bersinar terang benderang. Terkadang berfungsi “Istimrar” dengan adanya qorinah, bilamana khobarnya bukan berupa fi’il. Contoh AL-ILMU NAAFI’UN “ilmu itu bermanfaat”
والأصْلُ في الخبَرِ أنْ يُلْقَى لإفادةِ المخاطَبِ الحكْمَ الذي تَضمَّنَتْهُ الجملةُ، كما في قولِنا: (حَضَرَ الأميرُ)، أوْ لإفادةِ أنَّ المتكلِّمَ عالِمٌ به، نحوُ: (أنتَ حَضَرْتَ أمسِ). ويُسَمَّى الحكْمُ فائدةَ الخبَرِ، وكونُ المتكلِّمِ عالِمًا بهِ لازِمَ الفائدةِ.

Asal khabar digunakan untuk menfaidahkan suatu hukum -yg mencakup berbentuk jumlah- kepada mukhatab. Contoh kita berkata: HADHARA AL-AMIR “penguasa itu telah hadir”.
Atau menfaidahkan bahwa mutakallim telah tahu. Contoh ANTA HADHARAT AMSI “kamu telah hadir kemarin”.
Hukum yg pertama dinamakan faidahnya khobar (fa’idatul khobar). Sedangkan hukum yang kedua bahwa mutakallim mengetahuinya, dinamakan tetapnya faidah (lazimul-faa’idah)


Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Mengenai Artikel Diatas
Komentar Anda Sangat Berarti Buat kami.
Terima Kasih Atas Partisipasi Anda

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.